top of page
Search

Tren Pemesanan Makanan Secara Online di Indonesia

  • Writer: Jogja Laper
    Jogja Laper
  • Jul 4, 2018
  • 2 min read


ree

Kuliner Tanah Air kembali bergairah. Hal ini ditandai dari munculnya berbagai restoran berkonsep unik, hingga inovasi makanan terbaru yang kini mulai beredar dipasaran. Tidak hanya itu, perkembangan teknologi yang begitu pesat juga menjadi salah satu faktor utama meningkatnya permintaan pasar terhadap produk makanan dan minuman. Buktinya, saat ini semakin banyak konsumen yang memanfaatkan aplikasi pengiriman makanan online untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.

Terutama bagi masyarakat kota yang serba sibuk, sistem ini tentu saja sangat membantu karena mudah, cepat, dan praktis. Sebuah platform website dengan sistem order delivery hadir di Pekanbaru sebagai alternatif bagi kalangan kantoran, mahasiswa, ibu hamil, wanita karir atau siapa saja yang ingin memesan makanan secara cepat, mudah dan praktis.

Selain itu, sistem ini sangat menguntungkan karena konsumen tak lagi harus merasakan macetnya lalu lintas untuk mencari makanan siap saji di luar atau repot-repot memasak di dapur yang tentunya menyita waktu. Cukup pesan melalui smart phone, tunggu sebentar, dan makanan yang dipesan segera datang di tempat anda. Ini tentunya efisien waktu bagi konsumen.

Sejauh yang saya tahu, para pemain utama aplikasi pesan-antar makanan merupakan aplikasi transportasi online. Perusahaan aplikasi itu adalah GO-JEK dengan GO-Food-nya, Grab dengan Grab-Food dan AntarAja dengan Antar Makanan. Layanan bisnis ini sebenarnya sangat sederhana. Pengguna cukup memilih makanan yang ada di aplikasi. Kurir membelikan makanan dan mengantarnya langsung ke tangan Anda. Bayar dan makanan pun siap disantap!

Bagi pengusaha kuliner skala kecil hingga menengah, layanan delivery adalah harga mati. Tidak ikut bergabung, konsekuensinya akan tertinggal dari kompetitor yang sudah lebih dulu bergabung dengan aplikasi. Buktinya memang nyata.

Berdasarkan data yang dikutip dari Kontan.co.id, saat ini jumlah merchant Grab Food per Januari 2018 mencapai 300.000 merchant. Sedangkan Katadata menyebutkan per Januari 2018 mitra GO-Food sudah mencapai 125.000 merchant.

Sebenarnya, pelaku usaha bisa menyediakan layanan antarnya sendiri. Namun, bagi bisnis kuliner skala kecil dan menengah hal ini mustahil. Alasannya, butuh karyawan khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Bertambahnya karyawan kan sama artinya dengan berkurangnya marjin keuntungan. Mengantar makanan juga tidak bisa sembarangan. Selain pengemasannya harus baik, wajib ada boks penyimpanan khusus untuk menjaga makanan tetap hangat atau segar.

Sementara jika layanan delivery dipaksakan menggunakan sumber daya yang ada? Wah kualitas produk bisa menurun. Padahal dalam bisnis kuliner, kualitas adalah kunci. Penyedia aplikasi sendiri memiliki argumen mengenai keuntungan jangka panjang yang diperoleh jika bekerja sama dengan mereka. Pada awal-awal kerja sama, kebanyakan mitra memang semringah lantaran penjualan meningkat.

GO-JEK bahkan mengklaim, mitra mengalami kenaikan transaksi rata-rata 3 kali lipat sejak bergabung dengan GO-Food. Tapi kenyataannya, semakin lama usia kemitraan, semakin banyak keuntungan mitra yang berpindah ke rekening aplikasi. Sebagai solusi, tidak sedikit mitra yang membebankan kerugian ini ke pelanggan. Caranya dengan menaikkan harga dengan embel-embel potongan pajak. Dan, di akhir rantai makanan di dunia milik aplikasi delivery makanan, kita semua tahu bahwa konsumen adalah kudapan empuk bin lezat yang tidak akan melawan saat dimangsa.

Reporter: Anita Putri R

 
 
 

Comments


!
Widget Didn’t Load
Check your internet and refresh this page.
If that doesn’t work, contact us.

Join our mailing list for updates, events and recipes

SOCIAL MEDIA

JOGJA LAPER

bottom of page