Makanan Fotogenic Kebutuhan Zaman Now
- Jogja Laper
- Jul 4, 2018
- 2 min read

Kalau dulu ada ungkapan doa sebelum makan, sekarang berbeda yaitu cekrek-cekrek upload sebelum makan. Memfoto makanan sebelum memulai menyantapnya seperti sesuatu yang sayang banget kalo dilupakan. Ya, kemajuan pesat internet dan media sosial telah membawa makanan ke level yang lebih tinggi. Sekarang makanan bukan hanya menjadi kebutuhan primer saja tapi merambah ke lifestyle. Apalagi kalau bukan instagram, platform foto maupun video ter-hits di dunia saat ini. Kini dengan bertambahnya fitur instagram membuat generasi milenial tidak perlu berfikir panjang untuk mengabadikan berbagai hal, salah satunya makanan.
Adanya istilah makanan fotogenic makin membuat booming ritual cekrek upload sebelum mulai menyendok. Fotogenic merupakan sesuatu yang bisa terlihat ‘apik’ ketika difoto. Tentunya tidak semua makanan bisa terlihat fotogenic ketika dijepret. Menurut beberapa situs, kebanyakan makanan fotogenic berbau western atau makanan yang berbentuk unik dari aslinya. Kebutuhan akan materi upload yang bagus, membuat produsen makanan berlomba-lomba membuat tampilan makanan yang kalo selebgram bilang ‘estetik’. Sayangnya, terkadang rasa menjadi nomer ke-berapa karena tuntutan estetik tersebut. Namun agaknya bagi beberapa masyarakat masa kini, rasa tidak terlalu jadi masalah. Yang penting feeds di instagram bagus dan eye cathching. Seperti pengalaman penulis pribadi, beberapa kali merasa ‘dibohongi’ ketika melihat tampilan makanan saja.
Kebiasaan foto makanan telah menjadi gaya hidup banyak orang. Terbukti dengan bertebarannya hashtag di Instagram maupun platform foto lain seperti Flickr dan Pinterest. Berdasarkan studi eksploratif yang dilakukan Cristopher Holmberg (2016) foto makanan yang ada di Instagram dikategorikan sesuai jenis dan penyajiannya. Sebanyak 85% pengunggah foto makanan adalah remaja. Lalu 67,7%-nya merupakan makanan tinggi kalori dan rendah nutrisi. Satu hal yang menarik,semua makanan ini memilikimerek yang sengaja diperlihatkan dalam foto. Memang makanan yang seringkali diabadikan bukanlah makanan sehari-hari. Katakanlah makanan seperti rujak, pecel, bahkan pecel ayam pun punya kategori tertentu supaya layak diunggah. Artinya, kini apa yang kita makan menjadi simbol siapa dan dari kelas sosial manakah kita berasal.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan trend yang satu ini. Lagipula media sosial memang saat ini sudah merajai berbagai aspek kehidupan dalam manusia. Alhasil berbagai jenis unggahan bisa ditemui disini. Tetapi berkembangnya makanan menjadi sebuah gaya hidup milenial membuat generasi muda khususnya memiliki rasa gengsi dan dorongan untuk mewujudkan hal tersebut. Apalagi harga makanan fotogenic acapkali membuat kantong jebol. So, bersikap bijak lebih baik dalam mengikuti sebuah tren. Boleh mengikuti asalkan tidak jadi ‘kanker’ bagi diri sendiri nantinya.
Penulis : Ika Nur Cahyani
Sumber :
- Adolescents' presentation of food in social media: An explorative study by Cristopher Holmberg (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0195666316300083)
コメント